Headlines News :
Home » , , , , , » pengalaman spiritual muhammad

pengalaman spiritual muhammad

Written By MAHRUSIN on Sabtu, 19 Mei 2012 | 04.21

Dalam al-Qur’an sendiri juga memuat firman Allah yang merujuk kepada Spiritual Nabi Muhammad saw.  yang salah satunya adalah  ketika Muhammad menerima wahyu pertama digua hira’ dan peristiwa Isra’ Mi’raj.
Ayat pertama yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad, yang beliau tidak bisa membaca dan menulis, segera mengarahkan perhatiannya pada pengetahuan. Kendati beliau tidak bisa membaca, Tuhan menyerunya untuk membaca: Dengan nama Tuhanmu (Rabb,”pendidik”), yang menjelaskan hubungan antara Tuhan dan pengetahuan. Rangkaian ayat berikutnya menegaskan hubungan ini: Yang mengajar dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Pencipta dan manusia terhubung oleh keimanan yang membutuhkan dan bersandarkan pengetahuan yang dikaruniakan oleh Yang Maha Pemurah (Al-Akram).
Wahyu pertama memperlihatkan hubungan langsung dengan penciptaan manusia yang belakangan akan digambarkan dalam wahyu: Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya. Akal, kecerdasan, bahasa, dan tulisan membekali manusia berbagai kwalitas yang dibutuhkan untuk mengemban tugas sebagai khalifah Tuhan dimuka bumi dan sejak awal, al-Qur’an mengaitkan pengakuan terhadap Sang Pencipta dengan ilmu dan pengetahuan, yang dengan sendirinya menegaskan asal usul penciptaan dengan sendirinya.    
Bagi kaum sufi, pengalaman Nabi Muhammad saw. adalah sebuah pengalaman ruhani yang tertinggi, sehingga para sufi berusaha meniru dan mengulainginya bagi diri mereka sendiri.
Dalam hal ini dikarenakan inti dari pengalaman itu ialah penghayatan yang pekat akan situasi diri yang sedang berada dihadapan Tuhan. dan bagaimana ia “bertemu” dengan Dzat Yang Maha Tinggi itu. “Pertemuan” dengan Tuhan, dengan sendirinya, juga merupakan puncak kebahagiaan, yang dilukiskan dalam sebuah hadis sebagai “sesuatu yang tak pernah terlihat oleh mata.”
 Hal ini karena dalam pertemuan tersebut segala rahasia kebenaran “tersingkap” (kasyf) untuk sang hamba, dan sang hamba pun lebur serta sirna (fana’) dalam Kebenaran. Oleh karena itu, Ibn ‘Arabi, misalnya, melukiskan “metode” atau thariqah-nya sebagai perjalanan ke arah penyingkapan Cahaya Ilahi, melalui pengunduran diri (khalwah) dari kehidupan ramai





Share this article :

3 komentar:

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. MAHRUSIN' BLOG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger