1.1.
Riwayat
Hidup
Dia bernama
Imam Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad al-Zar’i al-Dimasyqi Syamsy
al-Din Ibn Qayyim al-Jauzi. Ibnu Qayyim al-Jauzi adalah seorang tokoh yang
memiliki semangat yang sangat tinggi dalam pengembangan ilmu, demikian pula dia
memiliki banyak karya. Dia biasa dikenal dengan sebutan Syamsuddin
(Mataharinya Agama).[1]
Ibnu Qayyim dilahirkan, dibesarkan dan dididik di lingkungan yang
cinta akan ilmu, hingga tak mengherankan dia tumbuh sebagai seorang yang luas
ilmunya. Dia merupakan seorang ulama yang terkenal akan ketakwaannya, kewara’annya
dan kecerdasannya.
Dia dilahirkan di kota Damaskus pada tahun 691 H[2] atau bertepatan dengan 1292 M. Dia berguru pada beberapa ulama dan
belajar ilmu far’aidl dari ayahnya sendiri.
Dari Ibnu al-Syihab al-Nabulsi, Qadli Taqiyyuddin bin Sulaiman, Isma’ail
bin Maktum, dan lain lain-lain, Ibnu Qayyim belajar ilmu Hadis. Dia juga
belajar bahasa Arab dari Abul Fadh al-Ba’li, kemudian belajar kitab al-Mulakhash-karya
Abul Baqa’, al-Jurjaniyah, Alfiyah–ibnu Malik, dan lain sebagainya. Tidak hanya cukup sampai di situ, seorang
tokoh yang pandai dan sangat bersahaja ini juga mempelajari ilmu ushul dan
fiqih kepada Syekh Shofiyuddin al-Hindi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Syekh
Isma’il bin Muhammad al-Harrani.[3]
Dia amat tekun dalam belajar kepada Ibnu Taimiyyah sejak kembali
dari Mesir pada tahun 721 H sampai ahirnya Ibnu Taimiyyah meninggal dunia pada
tahun 728 H.[4]
1.2.
Karya
Ibnu Qayyim termasuk salah seorang ulama yang produktif. Di antara
karya-karyanya antara lain:
a.
Madarij
al-Salikin
b.
Al-Ruh
c.
Hady
al-Arwah fi Bilad al-Afrah
d.
Thariq
al-Hijratain wa Bab al-Sa’adatain
e.
I’lam
al-Mauqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin
f.
Ijma’
al-Juyusy al-Islamiyah ‘ala Mahabah al-Mu’atthalah wa al-Jahmiyah
g.
Al-Thuruq
al-Hukmiyah fi al-Siyasah al-Syar’iyah
h.
Tuhfah
al-Maudud fi Ahkam al-Maulud
i.
Ahkam
Ahl al-Dzimmah
j.
Al-Thib
al-Nabawy
k.
Miftah
Dar al-Sa’adah
l.
Al-Shawa’iq
al-Mursalah fi al-Rad fi al-Jahmiyah wa al-Mu’atthalah
m.
Al-Shalah
n.
Akhbar
al-Nisa’
o.
Al-Tafsir
al-Qayyim, dan lain sebagainya.
[1] Muhammad ‘Ali Iyazi, Al-Mufassirun; Hayatuhum wa Manhajuhum,
cet. I, (Teheran: Muassasah al-Tiba’ah wa al-Nasr Wizarah al-Tsaqafah wa
al-Irsyad al-Islami, 1414 H), 184.
[2]Ibid,.
[3] Abu Bakr
Abdulah Abi Zaid, Ibnu Qayyim al-Jauzi: Hayatuhu wa Atsaruhu wa Mawaariduhu,
(Riyadl: Daarul ‘Ashimah, tt), 400.
[4] Ketika itu dia
masih sangat muda, memiliki kekuatan yang optimal, kecerikan yang sempurna,
lalu dia bias mengabil dari ilmunya yang luas dan mengikuti eberapa ijtihadnya
yang matang dan lurus. Dia sangat sayang kepada gurunya hingga sampai dia
mengmbil kebanyakan hasil ijtihadnya, membelanya, dan mengembangkan dalil atas
kebenaran yang disampaikan, serta melemahkan pendapat yang bertentangan
dengannya.
0 komentar:
Posting Komentar